Nongkrong a la Kali Code
Jika Anda melewati jalan I Nyoman Oka di tepi Kali Code pada malam hari, terlebih pukul 22.00 ke atas, yang tampak adalah kumpulan muda-mudi duduk lesehan yang memenuhi trotoar, baik di kiri maupun kanan jalan. Di trotoar tepi Kali Code berderet warung makan lesehan. Anak-anak muda ini menikmati kuliner murah meriah ini di dua sisi barat dan timur. Hampir bisa dipastikan, pada jam-jam seperti ini, apalagi pada malam Minggu, Anda sulit mendapat tempat untuk ikut ‘berkongkow-kongkow’.
Sulit dibayangkan pada 2005 kawasan ini akan seramai seperti sekarang. Pada masa itu hanya ada satu lampu jalanan yang menyala. Gelap dan sunyi. Tak heran jika kawasan ini dulu dikenal sebagai sarang begal. Meski demikian lantaran temaram dan sepi pula, tempat ini juga didatangi orang-orang yang berpacaran.
Bagaimana kisahnya bisa seramai sekarang? Dimulai dari gagasan jeli Mara, remaja dari Kampung Ledhok Tukangan yang sering ‘nongkrong’ di kawasan ini, untuk menjual jagung bakar bagi anak-anak muda yang berpacaran di sini. Sekitar Juni 2005, bersama tiga kawannya, ia mulai berjualan jagung bakar sebagai pedagang satu-satunya di tepi Kali Code. Mereka berjualan sejak maghrib hingga sekitar pukul 11 malam. Perkembangannya lumayan. Sehari mereka bisa menjual 50an buah jagung, dimulai dari hanya mendapat Rp 25 ribu pada hari pertama kemudian memperoleh sekitar Rp 150 ribu. Tapi usaha mereka tidak bertahan lama, hanya sampai Agustus. Penyebabnya antara lain, alat bakar jagung yang ditinggal mereka gara-gara hujan, paginya dibawa Satpol PP. Selain lantaran teman-temannya juga tidak berminat meneruskan usaha ini.
Matinya usaha ini ternyata menumbuhkan keberanian orang lain untuk membuka jasa makanan di kawasan rawan ini. Di depan Akprind, Pak Lukman kemudian membuka lesehan dengan menu singkong dan teh poci. Lantas di bekas tempat berjualan jagung, seorang lagi membuka warung bakso. Di sebelahnya, Pak Edi menyusul membuka warung makanan dan minuman sederhana. Setelah warung bakso tutup, Pak Yono, ipar penjual bakso ini, membuka warung serupa. Dan terutama sejak awal 2006, warung-warung lesehan tumbuh bak jamur di musim hujan, utamanya antara depan Balai Bahasa hingga depan Gedung Bimo.
Keberadaan mereka menjadi legal setelah bertemu dengan pihak Kecamatan, didaftar dan diberi surat izin. Di antara belasan warung ini, ada sekitar 14 warung yang memegang surat izin. Kawasan ini pun menjadi marak, sejak maghrib hingga pukul 2 pagi, bahkan pada malam Minggu, bisa sampai pukul 5 pagi. Tidak hanya pedagang makanan yang diuntungkan. Juga pedagang asongan rokok dan permen. Menurut Sandi, salah seorang penjual asongan, ia mendapat penghasilan sekitar Rp 100-200 ribu per malam. Ia dan 7 orang kawannya membentuk perkumpulan untuk membatasi jumlah pengasong di daerah ini.
Malam itu Tembi menikmati teh poci bergula batu, kopi joss dan sepiring nasi tempe penyet di Warung Pak Dhe, milik Pak Yono (44 tahun). ‘Pak Dhe’ adalah nama yang diberikan para pelanggannya yang memang memanggilnya dengan sebutan ‘Pakde’. Tembi melihat bahwa hubungan Pak Yono dengan pembelinya cukup akrab. Warga Ledok Tukangan ini mengaku, ia membuka usaha ini bukan sekadar berjualan tapi juga memperluas persaudaraan (kadhang). Memang asyik berbincang-bincang dengan Pak Yono. Selain soal bisnis kuliner di kawasan ini, ia banyak bercerita soal kejawaan.
Sungguh rileks menyeruput teh poci, diterpa hembusan semilir angin yang sejuk, sambil memandang titik-titik cahaya lampu rumah-rumah kampung di bawah. Teh pocinya cukup sepet, jadi mantap di lidah. Kopi joss, yakni kopi yang dicemplungi arang panas, juga nikmat. Harganya murah meriah. Kopi joss Rp 2.500, nasi tempe penyet Rp 3.500, dan teh poci gula batu Rp 5.000. Dengan harga murah meriah tersebut, toh warung ini mampu meraup pendapatan Rp 300-400 ribu per malam, bahkan bisa Rp 600.000 pada malam Minggu.
Menu warung-warung di tepi Kali Code ini nyaris sama. Ada roti bakar, nasi goreng, sego kucing, mi goreng/rebus, tempe/tahu, ayam goreng, sate usus, dll. Minumannya ada teh, jeruk, kopi, jahe, susu, coklat, dll. Anda bisa berlama-lama di sini, menikmati sentuhan keramahan alam di tengah kota, tanpa merogoh kocek terlalu dalam.
Mara (22 tahun), mahasiswa Fakultas Ekonomi Jurusan Manajemen Universitas Sanata Dharma, kini menyuplai es untuk lima warung di tepi Kali Code ini. Ia tidak lagi berjualan jagung bakar atau membuka warung di sini. Mungkin ia tidak menyadari bahwa inisiatifnya merintis usaha kuliner di kawasan tepi Kali Code dulu adalah upaya membuka jalan bagi rangkaian lapangan kerja di daerah ini. Hal yang tidak terbayangkan akan terjadi pada tahun 2005 dan sebelumnya.
Sejarah
Sejak Gunung Merapi meletus pada 25 Oktober 2010 dan berangsur-angsur menyisakan bencana lahar dingin, nama Kali Code sering terangkat oleh media. Kali Code adalah salah satu sungai besar yang membelah Kota Yogyakarta. Pun dalam musibah Gunung Merapi, Kali Code adalah salah satu sungai yang dilalui aliran lahar dingin Merapi.  
Kali Code adalah salah satu kali yang membelah Kota Yogyakarta. Dalam kurun waktu tahun 90-an hingga sekarang, kali ini banyak diperbincangkan oleh masyarakat lokal, nasional, bahkan internasional, karena sejarah, dan aktivitas yang menghiasai kali ini. Kali Code dianggap masyarakat Yogyakarta sebagai kali yang sumber airnya berasal dari kaki gunung Merapi. Oleh karena itu, bagi masyarakat yang daerahnya dilewati aliran Kali Code, air Kali Code memiliki makna tersendiri. Di daerah Sleman, air Kali Code digunakan untuk mengairi sawah mereka, sedangkan di daerah Bantul, air Kali Code bahkan digunakan untuk air minum.
Dilihat dari sejarahnya, Kali Code juga merupakan sebuah aliran kali yang digunakan untuk mengantisipasi keluarnya lahar dingin dari letusan Gunung Merapi, jika seandainya meluap hingga Kota Yogyakarta. Untuk itu dan sekaligus menghindari abrasi, pemerintah Kota Yogyakarta telah membuat talud (dinding sungai) dan juga mengeruk dasar Kali Code.
Pada tahun 1970-an, Kali Code relatif tidak dapat dimanfaatkan lagi karena dipenuhi sampah rumah tangga. Kondisi ini membuat seorang budayawan, Y.B. Mangunwijaya atau yang lebih dikenal dengan Romo Mangun, tergerak untuk menciptakan Kali Code menjadi kali yang indah, bersih, dan dapat dinikmati. Langkah pertama yang dilakukan oleh Romo Mangun adalah mendekati, dan memahamkan warga yang menghuni bantaran Kali Code, agar tidak membuang sampah sembarangan.
Romo Mangun rela tinggal di bantaran kali untuk memberi contoh kepada warga tentang bagaimana menjaga kali. Hasilnya adalah Kali Code menjadi bersih, indah, dan menjadi lokasi wisata alam yang menyenangkan dan menghasilkan nilai budaya, serta ekonomi warganya. Sejak saat itu, banyak turis lokal, nasional, dan internasional berkunjung menikmati indahnya alam Kali Code. Sepeninggal Romo Mangun, aktivitas pemberdayaan warga Kali Code diteruskan oleh pegiat sosial yang tergabung dalam Yayasan Pondok Rakyat. Yayasan ini juga aktif membangun kampung percontohan, seperti Badran, Tungkak, Kricak, dan Sidomulyo, yang kondisinya sama dengan Kali Code.
Sejurus dengan itu, Pemerintah Kota Yogyakarta juga ikut aktif dalam memberikan dukungan kepada warga Kali Code dan pihak-pihak tertentu, dalam program-program pelestarian keindahan Kali Code. Saat ini, bantaran Kali Code menjadi salah satu tempat wisata alam yang menarik dan indah untuk dinikmati. Warga di sepanjang bantaran kali, dari ujung utara hingga selatan yang tergabung dalam kelompok Pemerti Code juga bersemangat untuk terus menciptakan Kali Code menjadi kawasan yang bersih dari sampah dengan membuat program “Nol Sampah di Kali Code 2010”. Pada tahun 2010, dengan program program Nol Sampah di Kali Code 2010, warga Kali Code berhasil mendapatkan penghargaan Museum Rekor Indonesia (MURI) dengan kategori Program Bersih Kali (Prokasih) terpanjang.
Keistimewaan
Salah satu keistimewaan wisata alam Kali Code adalah Anda dapat menikmati air kali dengan terjun ke dalamnya atau hanya sekadar duduk di tembok-tembok dekat kali, sambil menikmati minum kopi atau makan. Kondisi ini sangat menarik dan nikmat jika dilakukan saat sore hari atau ketika bulan purnama. Suara gemericik air akan menambah suasana menjadi syahdu.
Keistimewaan yang lain lokasi wisata alam ini adalah Anda dapat menikmati berbagai aktivitas sosial dan budaya yang digelar di Kali Code, seperti program Code River Walk yang dimulai tahun 2007, program kebersihan Kali Code Nol Sampah Sungai Code Tahun 2010, yang melibatkan beberapa perguruan tinggi seperti UGM, UAJY, UII, STPMD APMD, dan Poltekes, dan Festival Bocah Obah, yakni berupa pergelaran berbagai mainan anak-anak dalam rangka mengisi hari libur.
Lokasi
Lokasi wisata Kali Code terletak di Kelurahan Kota Baru, Kecamatan Gondokusuman, Yogyakarta. Bantaran Kali Code membujur dari Jembatan Tungkak, Jembatan Sayidan, Jembatan Juminahan, Jembatan Gondolayu, Jembatan Sarjito, Jembatan Blunyah, Jembatan Ring Road Utara, Jembatan Dayu, dan Jembatan Plumbon. Anda dapat menikmati keindahan kali Code dari atas jembatan-jembatan ini, atau Anda dapat turun ke kampung di bantaran Kali Code untuk melihat Kali Code lebih dekat, atau untuk berinteraksi dengan warga setempat. Pada malam hari, suasana Kali Code terasa indah dengan adanya lampu-lampu yang meneranginya.
Akses
Lokasi wisata alam Kali Code dapat diakses dengan mudah dan murah, karena hampir seluruh kendaraan umum, seperti bis umum atau taksi melewati jalan yang dilalui oleh aliran Kali Code. Akan lebih mudah jika Anda menggunakan kendaraan pribadi.
Apabila Anda menggunakan kendaraan umum, setidaknya ada dua titik di sisi Kali COde yang dapat diakses dengan mudah, yaitu:
- Jika Anda naik bis      umum atau taksi, Anda dapat turun di Jembatan Gondomanan dan berjalan kaki      menuju Kampung Code.
 
- Atau Anda dapat turun di pusat kota, baik Malioboro, stasiun Tugu, maupun Pasar Beringharjo, lalu berjalan menuju bantaran kali yang terletak di sebelah timur lokasi-lokasi tersebut.
 
Harga Tiket  
Anda yang ingin menikmati indahnya alam Kali Code tidak dipungut biaya serupiah pun. Anda hanya diminta untuk menjaga kelestariaan kali dengan tidak membuang sampah sembarangan atau mencorat-coret dinding kali.
Akomodasi dan Fasilitas Lainnya
Wisata alam Kali Code menyediakan berbagai fasilitas yang memudahkan Anda untuk menikmatinya. Beberapa rumah warga yang menghuni Kali Code tampak disewakan untuk pengunjung yang ingin menginap dengan harga sewa yang cukup terjangkau. Hal ini sangat memudahkan Anda yang bertujuan untuk meneliti kehidupan sosial Kali Code, sebab dengan begitu peneliti dapat bersosialisasi secara langsung dengan warga yang diteliti.
Wisata alam Kali Code juga dikelilingi berbagai fasilitas publik seperti hotel dari kelas ekonomi hingga berbintang. Selain itu juga beragam jasa layanan publik seperti pijat tradisional, loundry, warung tradisional, warung kebutuhan sembako, maupun yang lain, banyak tersedia di sekitar lokasi wisata. Letak lokasi wisata alam Kali Code yang berada di tengah kota sangat memudahkan Anda mengakses berbagai hal di Yogyakarta.







